Lagi, Rupiah Melemah?
Berbagai kebijakan dilakukan
pemerintah untuk meningkatkan gairah perekonomian didalam negeri. Setelah beberapa
waktu lalu melaunching paket ekonomi jilid I, kemudian disusul dengan paket
ekonomi II. Berharap dengan sistem paket
tersebut perekonomiah dalam negeri semakin membaik. Namun, sampai saat ini
kebijakan paket ekonomi tersebut belum memberikan efek yang signifikan terhadap
laju perekonomian, yang ada kondisi nilai tukar atau kurs rupiah menurun hingga
di posisi 14.800 rupiah.
Seperti dikutip dari Bloomberg, rupiah anjlok 1,5 persen
menjadi Rp 12.896 per dollar AS pada pukul 09:04. Level itu turun sebesar 1,9
persen dari penutupan hari sebelumnya. Sementara itu di pasar off shore, nilai rupiah
di pasar non-deliverable forwards (NDF) untuk kontrak satu bulan turun 0,6
persen menjadi Rp 13.160, setelah melemah 5 dalam perdagangan dua hari terakhir.
Melemahnya nilai tukar rupiah tentu
berdampak pada sektor lain terutama dikalangan buruh. Para pengusaha besar
pasti akan mengurangi jumlah tenaga kerja mereka dan tidak lain pemutusan
hubungan kerja (PHK) besar-besaran akan terjadi. Menurut Konfederasi Serikat
Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) mengungkapkan, jumlah pemutusan hubungan
kerja (PHK) di 14 provinsi menembus 60.000 pekerja.
"Pertama, yang sudah terkena
PHK ada 62.321 pegawai di 14 provinsi," ujar Ketua Umum KSPSI Yorrys
Raweyai di Jakarta, Kamis (1/10/2015).
Tidak menutup kemungkinan angka
tersebut masih terus bertambah, apabila nilai tukar rupiah terus melemah. Namun
para pakar ekonomi asing optimis pada tanggal 5 Oktober 2015 atau hari ini kurs
rupiah akan menguat, “laju pelemahan rupiah
akan menurun dalam beberapa bulan ke depan. "Fundamental makroekonomi
Indonesia tidak menjamin penurunan mata uang seperti ini," tutur , Mitul
Kotecha, Head of Foreign Exchange and Rates Strategy for Asia Barclays di
Singapura,.
Tidak ada komentar: