Breaking News
recent

Analogi Sistem Pendidikan di Indonesia

Pada dasarnya sistem pembelajaran di Indonesia telah banyak mengadopsi sistem pendidikan yang ada pada negara-negara maju, dengan tujuan untuk meningkatkan tingkat pendidikan atau SDM dalam negeri. Dengan demikian berbagai metode dicoba diterapkan, namun metode tersebut seolah-olah hanya sebagai bahan percobaan. Mengapa demikian?karena metode yang diadopsi tersebut tidak diterapkan sepenuhnya denga penuh kesungguhan dan harapan besar.
 Kenyataan seperti ini memang tidak bisa dipungkiri lagi, metode ganti-ganti sistem pendidikan sudah menjadi hal biasa sehingga efek yang ditimbulkan kurang optimalnya kegiatan belajar mengajar yang ada pada lembaga-lembaga pendidikan. Contoh, apabila dalam pendidikan jenjang menengah atas terdapat 2 sistem pendidikan yang berbeda maka tenaga pendidik pun akan kesulitan untuk menyampaikan kepada anak didiknya.
 Usaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan memang bukan persolan yang mudah, butuh kerja keras dan kerja cerdas untuk memikirkan sistem pedidikan yang tepat untuk anak bangsa. Kondisi multikultural indonesia menjadi salah satu faktor yang harus menjadi pertimbangkan dalam mengadopsi sistem pendidikan. Sebenarnya melihat kondisi yang ada bukan sepenuhnya kesalahan dilimpahkan pada kerja sistem saja namun metode-metode yang diterapakan mulai pendidikan dasar hingga perguruan tinggi yang perlu di evaluasi. Dalam bidang pendidikan dibutuhkan strategi yang tepat untuk mengeluarkan ide-ide kreatif, serta meningkatkan cara berfikir yang efektif dan inovatif sehingga kemampuan individu dapat berkembang secara optimal.
 Proses pendidikan itu digambarkan seperti proses perkembangbiakan dari suatu makhluk hidup, hal ini dikarenakan terdapat satu kesamaan yang medasar. Pertama, Di dalam proses pendidikan mengharapkan skill individu dapat berkembang secara optimal sehingga dapat memberi pengaruh terhadap cara berfikirnya untuk bertahan berkompetisi pada lingkungan sekitarnya, sama halnya dengan perkembangbiakan makhluk hidup mereka berusaha mencari cara yang terbaik untuk menghasilkan keturunan yang maksimal. 

Dalam hal ini terdapat 2 cara yang dilakukan, pertama: produktif, artinya dibutuhkan 2 gen atau 2 jenis yang berbeda (laki-laki dan perempuan), kedua: reproduktif, artinya perkembangbiakan yang dilakukan sendiri atau sejenis. Contoh, amoba dengan membelah diri dan cacing dengan memutuskan bagian-bagianya. Pernyataan diatas telah diteliti bahwa sistem yang lebih cepat berhasil yaitu dengan cara yang produktif yaitu dibutuhkan 2 gen yang berbeda untuk mencapai perkembangbiakan yang maksimal. 
 Sama halnya dengan dunia pendidikan, strategi yang seharusnya diterapkan harus seperti itu untuk bisa dikatakan berhasil. Kenyataan saat ini sangat jelas berbeda, jika kita lihat dalam ujian semester, ujian akhir penyelesaian tugas akhir untuk menempuh jenjang pendidikan tinggi baik S1, S2, maupun S3, apabila didalamnya terdapat pendapat sendiri maka harus menyertakan kutipanya.
 Hal tersebut tentu sangat membingungkan karena dalam sistem pendidikan apabila ingin mengungkapkan ide, gagasan, pola pemikiran di haruskan untuk mencantumkan sumber, kutipan dll. Proses seperti ini secara tidak langsung akan membatasi cara berfikir dan softskill masing-masing individu, karena kita dituntut untuk meniru, mencontek, mengutip pemikiran orang lain dan apabila ide gagasan pribadi tidak menyertakan sumber kutipanya dianggap kurang relevan, kurang akurat, dan lain sebagainya.
 Oleh karena itu, masalah yang paling mendasar adalah bagaimana me-merdeka-kan cara berfikir seseorang, kemudian mengahargainya sebagai pendapat. Dengan hal ini kemungkinan besar seseorang akan mempertajam skill nya sesuai dengan bidangnya masing-masing dan tentunya akan berpengaruh terhadap sistem pendidikan yang berimbas pada peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).
 Kebijakan tentang kurikulum sudah jelas menjadi salah satu penentu perkembangan pendidikan masa depan bangsa. Dengan demikian yang perlu ditekankan sebaiknya adalah kebijakan tentang sistem pendidikan yang jelas, sehingga masyarakat tidak menjadi korban percobaan sistem yang ada. Pemerintah harus lebih fokus pada aksesibilitas pendidikan, karena akses terhadap pendidikan terutama di daerah pedalaman masih sangat jarang. Dalam  hal ini pemerintah berkewajiban untuk memberikan pendidikan yang sama kepada seluruh warga negara serta mendorong terwujudnya kehidupan bangsa yang cerdas.
                                                                                   



Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.